Sejarah Menarik Tengkleng Khas Solo: Dahulu Makanan untuk “Wong Cilik”

Diposting pada
banner 336x280


suara publik, SOLO

– Saat ini, tengkleng dikenal sebagai hidangan khas Solo, Jawa Tengah.

banner 468x60

Maka ada peribahasa yang mengatakan, kepulangan dariSolo dianggap kurang sempurna apabila belum menikmati hidangan tengkleng.

Walaupun saat ini dihargai sebagai hidangan mewah berkat harga yang tinggi, aslinya tengkleng khas Solo justru punya riwayat yang menyedihkan.


Catat! Pegawai Pemerintah di Solo Dilarang Menerima Hadiah Lebaran, Ancaman Sanksi Bagi yang Melanggar

Heri Priyatmoho, seorang ahli sejarah dari Surakarta yang juga mengajar sejarah di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sanata Dharma, menceritakan bagaimana hidangan tengkleng berasal.

Selama masa pendudukan Jepang, masyarakat di Solo mengalami penderitaan yang berat.

Ketersediaan bahan makanan yang berkurang memaksa generasi muda untuk mengubah apa pun menjadi hidangan yang dapat membantu meredakan rasa lapar mereka.

“Kehadiran Tengkleng merupakan hasil imajinasi orang-orang diSolo saat berusaha menemukan solusi dalam kondisi terkekangan, yaitu pada zaman pendudukan Jepang,” demikian penjelasan Heri Priyatmoko seperti dilansir dari laman Kompas.com, Selasa (26/11/2019).

Ahli hukum dari Solo, Mr. Soewidji (1973), mengatakan bahwa kehidupan sehari-hari menjadi lebih rumit pada masa tersebut.

Belum lagi mencari rumah atau baju berwarna merah, kebutuhan pokok seperti makanan dan pakaian pun sudah semakin sulit didapatkan.


Asal-usul Bakso Wonogiri yang Terkenal Lezat di Seluruh Wilayah Nusentara, Dimulai dari Girimarto

“Hanya untuk menangani kelaparan yang meluas, bonggol pisang juga digunakan sebagai bahan pangan,” terangkan Heri.

Selama periode kolonialisme, masyarakat di Solo berinovasi agar bisa terus bertahan dengan menggunakan segala jenis produk pertanian, bahkan sisa-sisa dari hasil pengolahan makanan, misalnya kerangka dan organ dalam domba atau kambing.

Biasanya, tulang dan organ hewan tidak digunakan oleh masyarakat dengan kondisi finansial baik di zaman tersebut.

Berdasarkan sisa-sisa kambing seperti tulang dan organ hewan ini, wargaSolo terpaksa memanfaatkannya sebagai bahan utama untuk menyehatkan diri mereka.


Sejarah Lintasan Kereta Api di Jalan Slamet Riyadi Solo yang Khas serta Legenda Rel Bengkong

Pada zaman tersebut, bagian daging kambing disajikan kepada tuan-tuan dan nyonya-nyonya orang Belanda serta golongan priyayi.

Akhirnya, limbah makanan tersebut dihidangkan dengan racikan rempah-rempah khas yang cukup kompleks.

Umumnya, daftar bahannya terdiri dari kelapa, jahe, kunyit, serai, daun jeruk yang masih fresh, lengkuas, kayu manis, daun salam, cengkih kering, bawang putih, bawang merah, garam dapur, kemiri, serta pala.


Asal Usul Nama Tengkleng

Sebutan “tengkleng” juga menggambarkan gaya hidup masyarakat biasa pada zaman kolonial.

Pada masa tersebut, masyarakat hanya bisa mengonsumsi “sisa-sisa” dari kambing yakni tulang serta isi perut hewani yang kemudian dimasak menggunakan bumbu dasar saja.

Tengkleng disebut demikian karena suaranya yang terdengar seperti “kleng-kleng-kleng” ketika dimasukkan ke dalam piring milik orang miskin pertama kali.

Karena piring masyarakat di bawah dibuat dari gebreng (sejenis seng).

Akhirnya, ketika tulang tersebut diletakkan di piring, akan menghasilkan bunyi yang keras.


(Kompas.com)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *