Makna Mendalam dari ‘Don’t Judge A Book By Its Cover’ Stop Ngurusin Hidup Orang!

Diposting pada
banner 336x280

Setiap orang memiliki standar kebahagiaannya masing-masing. Ada orang yang merasa bahagia begitu sederhana, yakni ketika ia menikmati secangkir kopi hangat dan rokok. Baginya, hidup begitu sederhana dan tidak banyak drama.

Secara deskriptif, kalimat “Jangan menilai buku dari sampulnya” adalah sebuah ungkapan yang bermakna bahwa seseorang tidak boleh membuat asumsi tentang seseorang, atau sesuatu, berdasarkan penampilannya. Ini adalah pengingat bahwa penampilan bisa menipu dan nilai sebenarnya terletak di dalam.

banner 468x60

Penampilan di sini bukanlah selalu tentang penampilan fisik, tetapi juga tentang perilaku dan kebiasaan yang diterapkan oleh seseorang.

Ya, benar bahwa orang dapat mengekspresikan pendapatnya. Semua orang memiliki hak untuk memberikan pendapat tentang hal yang mereka pahami, bahkan tentang perilaku orang lain. Saya boleh memberikan pendapat tentangmu, dan engkau juga boleh memberikan pendapat tentang saya.

Tapi, meski kamu berhak berpendapat, kamu tidak berhak mengendalikan kesimpulan hanya dari satu sudut pandang yang sesaat. Kamu pun tidak wajib untuk menghakimi hidup orang lain.

Karena Anda tidak pernah tahu seberapa banyak yang telah dilewatinya selama perjalanan hidupnya. Anda juga tidak pernah tahu isi hatinya. Bisa jadi, orang yang kelakuannya lebih buruk dari Anda justru memiliki hati yang seribu kali lebih tulus daripada Anda.

Tidakkah kamu sadari, amal-amal dan ibadah orang yang kamu anggap tidak baik itu jauh lebih baik dan mulia menurut Tuhan.

Mereka yang sering melihat orang lain dengan pandangan pihak dan menilainya menurut bunyi hati mereka sendiri biasanya merasa diri lebih baik dari orang yang dinilainya.

Dan pada akhirnya, mereka akan berpura-pura merendahkan diri dengan mengatakan, “Ini pendapat saya lho, bukan berarti saya lebih baik dari dia.”

Halo..! Kalau memang benar merasa lebih baik daripada orang yang kamu nilai tadi, sebaiknya lebih banyak mengamati dan memperbaiki diri sendiri. Dan jangan lupa, merapatkan hati padah Hidayah Illahi.

Fokus pada amalan dan ibadahmu sendiri. Jangan sampai pahala ibadahmu hilang hanya karena kamu terobsesi pahala seseorang saja.

Dan apabila Anda mengaku sebagai orang beragama, mungkin Anda sudah ataukah belum pernah mendengar kalimat ini,”Allah lebih mencintai orang yang bertaubat, dibandingkan orang saleh yang sombong dan selalu merasa dirinya benar.”

Jadi, cobalah untuk tidak banyak menjalankan urusan orang lain! Selama apa yang mereka lakukan tidak mengganggu kamu dan tidak mengganggu kamu, jangan coba-coba untuk membela pendapat mereka di depan banyak orang.

Perlu tetap diingat bahwa setiap orang memiliki kemampuan hidup masing-masing. Setiap orang diberi cobaan dan ujian hidup sesuai kemampuan mereka. Kamu mungkin tidak akan berhasil menjadi saya, dan saya pun mungkin tidak akan bisa jika menjadi kamu.

Dan seperti yang telah disebutkan awalnya dalam tulisan ini, setiap orang memiliki standar kebahagiaan yang berbeda dan unik. Maka, menghargai dan menghormati pilihan hidup orang lain tanpa terlalu banyak memberikan komentar atau pendapat adalah sikap yang paling sesuai.

Hormati sikap seseorang yang sengaja mengambil keputusan bahwa mereka tidak ingin memiliki anak. Mungkin kamu bisa mencoba seperti saya yang ketika mendengar teman mengambil keputusan untuk childfree, saya hanya menjawab “Oh oke!”

Sederhana sekaligus tepatlah sikap tersebut. Yang dimaksud adalah sikap `childfree by choice’, maksudnya tidak ingin memiliki anak, seperti apa pun motivasinya, tidak perlu menjawab dengan jawaban yang aneh-aneh, apalagi sampai membuatnya terluka. Tidak perlu bertanya-tanya alasan di baliknya. Semuanya kembali pada haknya masing-masing.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *